Jumat, 20 Juli 2012

NIK (Nomor Identitas Keanggotaan) 2012

PENGURUS :
1. Yusuf Endriansyah - Pembina - 103001
2. Maghfiratika Wahyu - Ketua - 101001
3. Adrian Prayoga - Wakil Ketua - 101002
4. M. Fahrul Rosi Arifin - Sekertaris 1 - 101003
5. Armitha Seha Safitri - Sekertaris 2 - 101004
6. Amirah Thalib - Bendahara 1 - 101005
7. Michika Besari Maulidya Putri - Bendahara 2 - 101006
8. Syaif Nizal El Zaman - Devisi Lingkungan dan Budaya 1 - 101007
9. M. Haris Suhud - Devisi Lingkungan daan Budaya 2 - 101008
10. Arief Muniagara - Devisi Outdoor Activity 1 - 101009
11. Sabilla - Devisi Outdoor Activity 2 - 101010
12. Anas Alfadli - Devisi Humas dan Usaha 1 - 101011
13. Ahmad Ridwan - Devisi Humas dan Usaha 2 - 101012
14. Ganang Restra - Devisi Perlengkapan - 101013
15. Bramantya - Devisi Pembantu Umum - 101014

ANGGOTA :
1. Azmi Zakki Yamani - 102001
2. Eka Winarsih - 102002
3. Kurniawan David - 102003
4. Vigi lestari - 102004
5. Richy Nurcahya - 102005
6. Ivan Gauzi Taufiq - 102006
7. Fadillah Perwira Harja - 102007
8. Bambang Wijanarko - 102008
9. Buntar Perwira Aditama - 102009
10. Panji Wisuda Prahetta - 102010
11. Fauzul Adhim - 102011
12. Bayu Purnama - 102012
13. Dimas Probo P - 102013
14. Yerni Pavirena - 102014
15. Yusrina Pradipta - 102015
16. Roro Saraswati - 102016
17. Tria Rosita - 102017
18. Rengga Labib Alfian - 102018
19. Dean Retno Anggraini - 102019
20. Bunga Irmadian - 102020
21. Putri R.F - 102021
22. Ari Hermanto - 102022
23. Fauzan Ramon - 102023
24. M. Hakiki - 102024
25. A. Dwi Muntaha - 102025
26. Noviawan Kusuma - 102026
27. Lucky Gunawan - 102027
28. Andhika Nur - 102028

Senin, 16 Juli 2012

Menjumput Serpihan Surga di Pulau Sempu


Segara Anakan
Sempu adalah sebuah pulau seluas 877 ha, mengapung di tengah laut. Berjarak sekitar 50 meter dari pantai sendang biru, Malang, Jawa Timur. Pulau ini termasuk cagar alam yang dilindungi. Di dalamnya menyimpan suasana alam yang masih perawan. Terdapat beberapa tempat yang indah untuk dinikmati, salah satunya adalah Segara Anakan.

Untuk sampai di Segara Anakan membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Jalan terjal sepanjang 3 km harus dilalui dengan jalan kaki dari Teluk Semut, tempat pemberhentian setelah menyeberang dari pantai Sendang Biru.

Senin, 21 Mei 2012

KALAKEYA JAJAH RANU KUMBOLO


Kulu-kulu di Ranu Kumbolo
Hari masih petang, ketika para kulu-kulu (sebutan anggota Kalakeya) bersiap-siap untuk berangkat ke gunung Semeru. Semua perlengkapan sudah siap pada malam harinya. Logistik untuk kebutuhan selama tiga hari memenuhi ransel besar yang akan mereka bawa.

Perjanjian berkumpul di kampus pukul 05.00 pagi, seperti biasa, molor hingga pukul 09.00 pagi. Sebab, 23 anak yang akan berangkat pada hari itu, ada yang terlambat datang ke kampus, terkena masalah pada kendaraannya, dan ada keperluan-keperluan lainnya yang belum beres.

Setelah semua siap, kami langsung berangkat melewati arah kec. Tumapang, Kab. Malang. Sebelum melanjutkan perjalanan, harus mengurus surat administrasi pendakian ke gunung Semeru. Syarat yang harus dipenuhi pendaki adalah; fotocopy KTP/SIM, surat keterangan sehat dari dokter, membuat pernyataan pendakian hingga Kalimati (pendaki masih belum boleh sampai puncak Mahameru), dan membayar retribusi 5ribu/orang.

Senin, 09 April 2012

Eksotisme Pantai Goa Cina, Malang


@harrissuhud
Pantai Goa Cina
Ternyata, Malang juga menawarkan keindahan pantai di sepanjang daerah ujung selatan. Banyak pantai yang belum digarap secara serius oleh pemerintah setempat, ada beberapa pantai yang indah tapi belum banyak dikunjungi oleh para wisatawan, salah satunya adalah pantai Goa Cina. Pantai ini terletak di desa Bantengan, kecamatan Sumber Manjing, kabupaten Malang. Bukti bahwa pantai ini belum mendapat perhatian dari pemerintah adalah; jalan menuju ke arah pantai—sepanjang  1 KM dari jalan raya yang sudah beraspal—masih  berupa jalan bebatuan. Jika hujan, maka jalan ini susah untuk dilalui dan sangat licin jika hujan.
Tentang mengapa nama pantai ini adalah Gua Cina, menurut penduduk yang berhasil diwawancarai, menceritakan bahwa dahulu kala ada seorang biksu yang sedang bertapa di dalam goa, yang terletak di bukit pinggir laut. Ketika ada orang masuk ke dalam goa tersebut, ia menemukan sang biksu sudah meninggal dan tinggal tulang belulang, dan meninggalkan tulisan mandarin di langit-langit goa dan sebuah mangkuk. Hingga sekarang, kata penduduk tadi, keponakan sang biksu masih sering berkunjung ke goa tersebut untuk mengirimkan doa.

Kamis, 29 Maret 2012

Harmoni Alam Danau Ranu Regulo

Gambar: Danau Ranu Regulo

Mendung hitam tebal menggelantung di langit, gerimis turun, memberikan isyarat lebih baik berdiam diri di rumah. Tapi itu semua tidak membatalkan perjalanan para Kalakeya menuju danau Ranu Regulo, di daerah desa Ranu Pane, kecamatan Senduro, kabupaten Lumajang. Rombongan Kalakeya berjumlah 16 orang berangkat dari Malang dengan mengendarai sepeda motor. Berangkat dari Malang pada pukul 15.00 WIB. Perjalanan ini diperkirakan memakan waktu 2 jam, berarti sampai di sana pukul 17.00 WIB.
            Perjalanan menuju arah timur kota Malang melewati jalur Tumpang. Ketika sudah sampai di daerah perbukitan, kabut tebal menyelimuti sepanjang jalan. Tidak ada yang bisa kami lihat di kanan kiri selain pohon yang berada dekat sebagai pembatas jalan. Jarak pandang ke depan hanya beberapa meter. Keadaan ini cukup berbahaya; jalan yang sempit di atas perbukitan, jalan bebatuan yang kasar, juga ramai kendaraan sehingga kami harus berhati-hati. Di tambah lagi dengan  hawa dingin yang menusuk menembus hingga tulang membuat terasa beku.

First Trip Memang Selalu Menggoda

Tenda para kalakeya, "biar mereka menyebut ini penderitaan tapi bersatu dengan alam adalah kenikmatan" begitu kata Kalakeya

Para prajurit Kalakeya menempuh perjalan pertama di kawasan Cuban Rais, Malang. Sekalian dengan peresmian komunitas Kalakeya pada momen yang cantik, jam 11.11 tanggal 11-11-11. 

 
Senyum penuh ikhlas ketika para Kalakeya menyentuh lidah air terjun coban rais.

SALAMAN


Kalakeya adalah sebuah komunitas pecinta alam mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, Malang. Terlahir secara “absurd”. Kenapa dikatakan “absurd”? karena sebenarnya tidak ada niatan untuk membentuk sebuah komunitas, tapi kenyataanya ketika komunitas dinyatakan ada, tidak berselang lama, sudah beranggota 50 lebih tanpa ada open house seperti komunitas atau organisasi lainnya—hanya dari mulut ke mulut, hati ke hati—mungkin karena perasaan yang sama. Dalam proses pembentukan komunitas ini juga aneh, hanya dari obrolan di warung kopi kampus, dan berlanjut pergerakan yang nyata. Maka, terwujudlah komunitas pecinta alam, Kalakeya.

Nama Kalakeya sendiri diambil dari tokoh pewayangan dalam kitab Mahabarata. Kalakeya adalah sebutan orang India untuk penghuni Nusantara yg bermakna 'monster penghuni laut', yaitu para keturunan Varuna. Para Kalakeya ini dalam mitologi India digambarkan sering naik ke daratan India, menyerang dan menjarah sampai ke Indraloka. Dewa-dewa tidak ada yg bisa mengalahkan mereka. Satu-satunya yang bisa mengalahkan para Kalakeya adalah Agastya, putra Varuna. Lepas dari pandangan negatif dalam cerita India, yg pasti Kalakeya itu terkenal kuat dan ditakuti karena selalu bersatu, solider, sakti, setia kepada pemimpin, punya wacana sendiri yangg berbeda dengan bangsa-bangsa lain (seperti saat India menggolongkan Varuna sebagai asura yg bukan dewa, Kalakeya justru menganggap dhatu leluhur itulah dewa yang mereka puja).Kalakeya adalah khas penghuni lautan.